BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia
sebagai Makhluk Sosial, bermula dari kemampuan yang terbatas timbullah sifat
membutuhkan bantuan orang lain kemudian dengan sendirinya hidup ini harus
bergaul dengan masyarakat agar kesatuan sebagai individu ataupun sebagai warga
Negara bisa saling meringankan beban satu sama lainnya. Agar dinamika kehidupan
ini tidak terlalu berat untuk dijalani. Disitulah pentingnya manusia lain dalam
kehidupan kita.
B. Tujuan Makalah
Tujuan Makalah ini diantaranya sebagai berikut:
1.
Memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dasar;
2.
Membedah teori dan kebenaran dilapangan tentang Interaksi Manusia sebagai
Makhluk Sosial, asal mula keragaman hidup, kodrat manusia bermasyarakat,
alasan-alasannya, norma sosial, nilai sosial, interaksi sosial, dan sebagainya
3.
Menumbuhkan kesadaran hidup bermasyarakat dan menerapkan nilai-nilai sosial
yang telah lama lumpuh dikarenakan kalah dengan kepentingan ekonomi,
keegoisan diri, dan sebagainya. Haruslah ditanamkan sikap saling membantu,
empati (peduli kesusahan orang lain), dan hal lainnya.
C. Batasan Masalah
Manusia sebagai Makhluk
Sosial itulah batasan masalahnya, sehingga tidak membahas Manusia sebagai
Makluk Berketuhanan, Makhluk Individu, Makhluk Budaya dan hal lainnya.
Pembatasan masalah ini agar adanya kefokusan dalam membedah secara mendalam
materi dari tema yang harus dibahas. Jika memungkinkan makalah lainnya tentang
Manusia sebagai Makluk Berketuhanan, Makhluk Individu, Makhluk Budaya dan hal
lainnya itu dibuatkan namun untuk saat ini cukuplah makalah ini sebagai
permulaan.
D. Rumusan
Masalah
Adapun rumusan
masalah dalam makalah ini adalah :
1.
Bagaimana asal mula interaksi manusia
sebagai makhluk sosial?
2. Apakah
maksud dari norma sosial?
3. Bagaimana
nilai sosial dapat terwujudkan?
4. Apa
maksud dari masyarakat dan peran interaksi sosialnya?
5. Bagaimana
unsur-unsur dari interaksi sosial?
E.
Metode Penulisan
Metode Penulisan yang digunakan antara lain:
1. Pengumpulan data dari berbagai sumber,
2. Menyimpulkan dan memberi tambahan dengan pendapat
sendiri semoga dapat diterima
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Asal Mula Manusia sebagai Makhluk Sosial
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau
makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang
berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai
makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan
masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam
berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat
dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada
diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan
orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak
hidup di tengah-tengah manusia. Diperkuat dengan dalil Aristoteles mengatakan
Manusia itu Zoon Politicon yang artinya satu individu dengan individu lainnya
saling membutuhkan satu sama lain sehingga keterkaitan yang tak bisa dipisahkan
dalam kehidupan bermasyarakat. Sedang menurut Freud, super-ego pribadi manusia
sudah mulai dibentuk ketika ia berumur 5-6 tahun dan perkembangan super-ego
tersebut berlangsung terus menerus selama ia hidup. Super-ego yang terdiri dari
atas hati nurani, norma-norma, dan cita-cita pribadi itu tidak mungkin
terbentuk dan berkembang tanpa manusia itu bergaul dengan manusia lainnya,
sehingga sudah jelas bahwa tanpa pergaulan sosial itu manusia itu tidak dapat
berkembang sebagai manusia seutuhnya. (DR. WA Gerungan, Dipl. Psych. Psikologi Sosial. Penerbit: PT. Refika
Aditama, Bandung. Cetakan Pertama, Juli 2004. Hal. 27)
Disamping sebagai makhluk yang unik, manusa juga menjadi
makhluk social. Makhluk
sosial adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendiri dan membutuhkan kehadiran
orang lain. Sebagai makhluk sosial ia memiliki tabiat suka kerjasama dan
bersaing sekaligus. Jika dalam bekerjasama dan bersaing mereka berlaku fair
(terbuka) maka harmoni sosial akan tercipta. Tetapi jika mereka bersaing secara
tidak fair (tertutup) maka konflik antar manusia bisa terjadi. Sebagai makhluk
social manusia merindukan harmoni social (perdamaian) tetapi juga tak pernah
berhenti dari konflik. Desain manusia sebagai makhluk social bukan fikiran
manusia, tetapi juga berasal dari Tuhan Sang Pencipta. Kitab
Suci penuh dengan pesan-pesan harmoni sosial; antara lain:
a.
Bahwa manusia itu diciptakan Tuhan memiliki identitas bersuku-suku,
berbangsa-bangsa, dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh
masing-masing etnis, tetapi perbedaan itu dimaksud untuk menjadi sarana
pergaulan, saling mengenal dan saling bekerjasama dalam kebaikan (ta'aruf) (QS.
al Hujurat : 13)
b.
Sebagai makhluk sosial, manusia pasti membutuhkan orang lain, dan bagaimana
sosok kedirian seorang manusia terbentuk oleh lingkungan yang menjadi
sosiokulturnya. Manusia menjadi manusia jika ia berkumpul dengan manusia.
Manusia menjadi siapa tergantung pengalamannya dengan siapa.
c.
Bahwa di hadapan Tuhan, manusia diperlakukan sama dalam martabat
kemanusiaannya.Tuhan tidak memandang identitas etnis (bahasa, warna kulit) dan
sosok fisiknya sebagai suatu kelebihan. Hanya takwa (kualitas rohani) manusia
yang dinilai oleh Tuhan. (QS. al Hujurat:13). Tuhan tidak menilai rupa dan
warna kulit, tetapi hatinya yang dinilai (hadits).
d.
Bahwa pergaulan sosial dan silaturrahmi dapat menumbuhkan rasa indah dalam
kehidupan serta menimbulkan suasana dinamis dan merangsang pertumbuhan ekonomi.
e.
Bahwa berfikir positif kepada orang lain akan meringankan beban hidup. Sebaliknya
buruk sangka dan curiga/berfikir negatip kepada orang lain hanya akan
mempersempit ruang lingkup pergaulan, memojokkan diri sendiri. Berfikir negatip
dan buruk sangka bukan hanya merugikan secara psikologis, tetapi juga secara
ekonomi, yakni menjadi kontra produktif.
f.
Bahwa Tuhan yang Maha Pengasih itu telah memberi kepada manusia begitu banyak
kenikmatan yang tak terhitung jumlah dan nilainya (al kautsar). Adanya
perbedaan kapasitas pada manusia (pintar-bodoh, kaya miskin, lancar-tersendat,
dan sebagainya.) merupakan bagian dari ujian dan tantangan hidup yang di
dalamnya terkandung hikmah yang tak ternilai.
g.
Kesanggupan seseorang untuk mengambil hikmah dari keragaman keadaan, akan
membuat hidupnya menjadi indah dan dinamis, sebaliknya dendam, iri hati dan
dengki hanya akan menguras energi, bagaikan api yang membakar dirinya (amal
ibadahnya) dan membakar orang lain (fisik, psikis dan materiil)
h.
Iri hati yang positip hanya ada pada dua hal; yaitu;
(1) iri kepada orang yang dianugerahi Tuhan harta banyak, tetapi ia menggunakan hartanya itu untuk kemaslahatan masyarakat dan hal-hal lain yang terpuji;
(1) iri kepada orang yang dianugerahi Tuhan harta banyak, tetapi ia menggunakan hartanya itu untuk kemaslahatan masyarakat dan hal-hal lain yang terpuji;
(2) iri kepada orang yang dianugerahi Tuhan ilmu yang
banyak, dan orang itu mengamalkan ilmunya serta mengajarkannya kepada orang
lain.
i. Iri dan dengki timbul pada manusia disebabkan karena mereka bersaing untuk menjadi yang tertinggi dalam bidang yang sempit, yaitu harta dan pangkat (al mal wa al jah). Jika manusia bersaing dalam bidang yang luas, misalnya dalam bidang kebajikan dan kebaikan universal niscaya tidak terjadi iri dan dengki karena medan kebajikan sangat luas untuk menampung semua peserta. (Mubarok institute. Manusia Sebagai Makhluk Sosial. http://mubarok-institute.blogspot.com/2010/01/manusia-sebagai-makhluk-sosial.html)
i. Iri dan dengki timbul pada manusia disebabkan karena mereka bersaing untuk menjadi yang tertinggi dalam bidang yang sempit, yaitu harta dan pangkat (al mal wa al jah). Jika manusia bersaing dalam bidang yang luas, misalnya dalam bidang kebajikan dan kebaikan universal niscaya tidak terjadi iri dan dengki karena medan kebajikan sangat luas untuk menampung semua peserta. (Mubarok institute. Manusia Sebagai Makhluk Sosial. http://mubarok-institute.blogspot.com/2010/01/manusia-sebagai-makhluk-sosial.html)
Teori Manusia Menurut Cooley
|
Menurut Cooley konsep
diri (self-concept) seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang
lain. Diri yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain ini oleh Cooley
diberi nama looking-glass self.
Cooley
berpendapat looking-glass self terbentuk melalui tiga tahap. Tahap pertama seseorang mempunyai persepsi mengenai
pandangan orang lain terhadapnya. Pada tahap berikut seseorang mempunyai
persepsi mengenai penilaian orang lain terhadap penampilannya. Pada tahap
ketiga seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai
penilaian orang lain terhadapnya itu.
Lihat gambar diatas, dapat dijelaskan Manusia Sebagai
Makhluk Sosial, (1) Persepsi orang lain terhadapnya sebagai bentuk dorongan
untuk berinteraksi sosial. (2) Persepsi orang lain
terhadap penampilannya sebagai bentuk dorongan untuk saling membutuhkan. (3)
Reaksi penilaian orang lain sebagai bentuk dorongan untuk belajar.
Tanpa bantuan manusia
lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang
lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa
mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai
makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu:
a. Manusia tunduk pada
aturan, norma sosial.
b. Perilaku manusia
mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.
c. Manusia memiliki
kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d. Potensi manusia
akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
Telah berabad-abad
konsep manusia sebagai makhluk sosial itu ada yang menitikberatkan pada
pengaruh masyarakat yang berkuasa kepada individu. Dimana memiliki unsur-unsur
keharusan biologis, yang terdiri dari:
1.
Dorongan untuk makan.
2.
Dorongan untuk mempertahankan diri.
3.
Dorongan untuk melangsungkan jenis.
Dari tahapan diatas
menggambarkan bagaimana individu dalam perkembangannya sebagai seorang makhluk
sosial dimana antar individu merupakan satu komponen yang saling
ketergantungan dan membutuhkan. Sehingga komunikasi antar masyarakat ditentukan
oleh peran oleh manusia sebagai makhluk sosial.
Dalam perkembangannya
manusia juga mempunyai kecenderungan sosial untuk meniru dalam arti membentuk
diri dengan melihat kehidupan masyarakat yang terdiri dari:
1.
penerimaan bentuk-bentuk kebudayaan, dimana manusia menerima bentuk-bentuk
pembaharuan yang berasal dari luar sehingga dalam diri manusia terbentuk sebuah
pengetahuan.
2.
penghematan tenaga dimana ini merupakan tindakan meniru untuk tidak terlalu
menggunakan banyak tenaga dari manusia sehingga kinerja manusia dalam
masyarakat bisa berjalan secara efektif dan efisien.
Pada umumnya hasrat
meniru itu kita lihat paling jelas di dalam ikatan kelompok tetapi juga terjadi
didalam kehidupan masyarakat secara luas. Dari gambaran diatas jelas bagaimana
manusia itu sendiri membutuhkan sebuah interaksi atau komunikasi untuk
membentuk dirinya sendiri malalui proses meniru. Sehingga secara jelas bahwa
manusia itu sendiri punya konsep sebagai makhluk sosial.
Yang menjadi ciri
manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk
interaksi sosial didalam hubugannya dengan makhluk sosial lainnya yang dimaksud
adalah dengan manusia satu dengan manusia yang lainnya. Secara garis besar
faktor-faktor personal yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga
hal yakni :
<
Tekanan emosional. Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu
sama lain.
< Harga
diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia yang
direndahkan maka akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan
orang lain karena kondisi tersebut dimana orang yang direndahkan membutuhkan
kasih saying orang lain atau dukungan moral untuk membentuk kondisi seperti
semula.
<
Isolasi sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang
yang sepaham atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis.
Di dalam kehidupannya,
manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk
bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia adalah
selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang
interdependensi. Di dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup
sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga masyarakat, dan warga negara. Hidup
dalam hubungan antaraksi dan interdependensi itu mengandung
konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif maupun negatif. Keadaan
positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus watak
manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi antarindividu.
Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan
bersama Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan
sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Pada zaman modern seperti
saat ini manusia memerlukan pakaian yang tidak mungkin dibuat sendiri.
Tidak hanya terbatas
pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaaan emosional yang ingin
diungkapkan kepada orang lain dan mendapat tanggapan emosional dari orang lain
pula. Manusia memerlukan pengertian, kasih sayang, harga diri pengakuan, dan
berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat
diperoleh apabila manusia berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam
suatu tatanan kehidupan bermasyarakat.
Dalam berhubungan dan
berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat menjadikannya lebih
baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang dimiliki oleh
manusia. Imanuel Kant mengatakan, "manusia hanya dapat menjadi manusia karena
pendidikan". Jadi jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi
manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan
oleh hasil penelitian terhadap anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan
bahwa pendidikan memberikan kontribusi bagi pembentukan pribadi
seseorang.
Dengan demikian manusia
sebagai makhluk sosial berarti bahwa disamping manusia hidup bersama demi
memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam memenuhi
kebutuhan rohani.
B.
Norma Sosial
Norma sosial adalah
kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat
dan batasan wilayah tertentu. Norma
akan berkembang seiring dengan kesepakatan-kesepakatan sosial masyarakatnya,
sering juga disebut dengan peraturan sosial. Norma menyangkut perilaku-perilaku
yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya. Keberadaan norma
dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu kelompok agar bertindak
sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk. Pada dasarnya, norma disusun
agar hubungan di antara manusia dalam masyarakat dapat berlangsung tertib
sebagaimana yang diharapkan.
Norma tidak boleh dilanggar. Siapa pun yang melanggar
norma atau tidak bertingkah laku sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam
norma itu, akan memperoleh hukuman. Misalnya, bagi siswa yang terlambat dihukum
tidak boleh masuk kelas, bagi siswa yang mencontek pada saat ulangan tidak
boleh meneruskan ulangan.
Norma merupakan hasil
buatan manusia sebagai makhluk sosial. Pada awalnya, aturan ini dibentuk secara
tidak sengaja. Lama-kelamaan norma-norma itu disusun atau dibentuk secara
sadar. Norma dalam masyarakat berisi tata tertib, aturan, dan petunjuk standar
perilaku yang pantas atau wajar.
C.
Nilai Sosial
Nilai Sosial adalah nilai yang tertanam dalam kehidupan bermasyarakat,
diantaranya: kesetiakawanan, kepedulian terhadap sesama, menyukai
kerjasama, aktif bermusyawarah, aktif bergotongroyong, cepat tanggap
terhadap apa yang menimpa tetangga, dan seterusnya. Sayangnya, saat ini nilai
sosial di masyarakat Indonesia sebagian banyaknya mengalami penurunan drastis
antara tetangga mulai berjarak, kebersamaan mulai menjemukan lebih senang
sendiri-sendiri pada akhirnya banyak kasus jika menengok orang meninggal karna
hanya ingin dapatkan bingkisan nasi bukan berniat meringankan beban atau
menghiburnya, rumah pun dipagari dengan setinggi-tingginya bermaksud tidak
menyelinap secara diam-diam (ada kecurigaan sosial yang tidak jelas alasannya),
bekerja bakti pun terkadang harus diiming-iming dengan upah yang akan
didapatkannya sehingga segala sesuatu itu sekarang ditentukan oleh nominal
uang, mungkin tidaklah aneh semua itu terjadi disebabkan susahnya mencari uang
akhirnya beberapa jalan yang sekiranya tidak pantas pun sering dilakukan oleh
masyarakat sekarang.
Tentunya, harus menanamkan kembali nilai sosial yang mulai merosot tersebut
dikarenakan beban ekonomi, padahal jika tidak mementingkan diri sendiri pasti
masyarakat tidak akan duduk diam melihat kesengsaraan masyarakat pasti nanti
ada pengumpulan data untuk melakukan bakti sosial bagi orang-orang yang
membutuhkan, namun ternyata harus melakukan terlebih dahulu sosialisasi tentang
pentingnya hidup bermasyarakat, untungnya kerja bakti, untungnya meluangkan
waktu untuk mengakrabkan diri, sebab sering untung rugi sekarang malah jadi
patokan dalam bermasyarakat. Selain itu, harus ada keterbukaan biar kecurigaan
tidak akan timbul, kecurigaan timbul disebabkan adanya sikap tertutup sehingga
hanya menduga-duga akhirnya terjadi salah paham antar masyarakat.
D.
Pengertian dan Jenis Masyarakat
Masyarakat itu
merupakan kelompok atau kolektifitas manusia yang melakukan antar hubungan,
sedikit banyak bersifat kekal, berlandaskan perhatian dan tujuan bersama, serta
telah melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama.
Unsur-unsur masyarakat yaitu: kumpulan orang, sudah terbentuk dengan lama,
sudah memiliki sistem dan struktur sosial tersendiri, memiliki kepercayaan,
sikap, dan perilaku yang dimiliki bersama, adanya kesinambungan dan pertahanan
diri, dan memiliki kebudayaan.
a. Masyarakat Setempat
(community)
Masyarakat setempat
menunjukan pada bagianmasyarakat yang bertempat tinggal disatu wilayah (dalam
arti geografis) dengan batas-batas tertentu dimana faktor utama yang menjadi
dasarnya adalah interaksi yang lebih besar diantara anggota-anggotanya,
dibandingkan interaksi dengan penduduk diluar batas wilayahnya.
b.
Masyarakat Desa dan Masyarakat Kota
Menurut Soerjono Soekamto, masyarakat kota dan desa
memiliki perhatian yang berbeda, khususnya terhadap perhatian keperluan hidup.
Di desa, yang diutamakan adalah perhatian khusus terhadap keperluan pokok,
fungsi-fungsi yang lain diabaikan. Lain dengan pandangan orang kota, mereka
melihat selain kebutuhan pokok, mereka melihat selain kebutuhan pokok,
pandangan sekitarnya sangat mereka perhatikan.
c.
Masyarakat Multikultural
Perlu diketahui, ada tiga istilah yang digunakan
secara bergantian untuk mengambarkan masyarakat yang terdiri atas agama, ras,
bahasa dan budaya yang berbeda, yaitu pluralitas, keragaman, dan multikultural.
Konsep pluralitas menekankan pada adanya hal-hal yang
lebih dari satu (banyak). Keragaman menunjukan bahwa keberadaanya yang lebih
dari satu itu berbeda-beda, heterogen, dan bahkan tidak dapat dipersamakan.
Sementara itu, konsep multikultralisme sebenarnya merupakan konsep yang relatif
baru. Inti dari multikulturalisme adalah kesediaan menerima kelompok lain
secara sama sebagai kesatuan, tanpa memperdulikan perbedaan budaya, etnik,
gender, bahasa ataupun agama. Jadi, apabila pluralitas hanya menggambarkan
kemajemukan, multikulturalisme memberikan penegasan bahwa dengan segala
perbedaannya itu mereka adalah sama diruang publik.
E. Interaksi Sosial
Kata interaksi berasal dari
kata inter dan action. Interaksi sosial adalah
hubungan timbal balik saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial, dan
masyarakat.
Interaksi adalah proses
di mana orang-oarang berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi dala pikiran
dan tindakan. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari
tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain.
Interaksi sosial antar
individu terjadi manakala dua orang bertemu, interaksi dimulai: pada saat itu
mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara, atau bahkan mungkin
berkelahi. Aktivitas-aktivitas
semacam itu merupakan bentuk-bentuk dari interaksi sosial.
Interaksi sosial
terjadi dengan didasari oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a.
Imitasi adalah suatu proses peniruan atau meniru.
b.
Sugesti adalah suatu proses di mana seorang individu menerima suatu cara
penglihatan atau peduman-pedoman tingkah laku orang lain tanpa dikritik
terlebih dahulu. Yang dimaksud sugesti di sini adalah pengaruh pysic, baik
yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, yang pada umumnya
diterima tanpa adanya kritik. Arti sugesti dan imitasi dalam hubungannya,
dengan interaksi sosial adalah hampir sama. Bedanya ialah bahwa imitasi orang
yang satu mengikuti salah satu dirinya, sedangkan pada sugesti seeorang
memberikan pandangan atau sikap dari dirinya, lalu diterima oleh orang lain di
luarnya.
c.
Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama)
dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah.
d.
Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain.
Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilain
perasaan seperti juga pada proses identifikasi.
Bentuk-bentuk interaksi
sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition), dan
pertentangan (conflict). Suatu keadaan dapat dianggap sebagai bentuk
keempat dari interaksi sosial, keempat pokok dari interaksi sosial tersebut
tidak perlu merupakan kontinuitas dalam arti bahwa interaksi itu dimulai dengan
adanya kerja sama yang kemudian menjadi persaingan serta memuncak menjadi
pertiakain untuk akhirnya sampai pada akomodasi.
Gilin and Gilin pernah
mengadakan pertolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka ada dua macam pross
sosial yang timbul sebagaiu akibat adanya interaksi sosial, yaitu:
a.
Proses Asosiatif, terbagi dalam tiga bentuk khusus yaitu akomodasi, asimilasi,
dan akulturasi.
b. Proses Disosiatif,
mencakup persaingan yang meliputi “contravention” dan pertentangan pertikain.
Adapun interaksi yang
pokok proses-proses adalah:
1) Bentuk Interaksi
Asosiatif
a. Kerja sama
(cooperation)
Kerja sama timbul
karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya dan kelompok lainnya.
Sehubungan dengan pelaksanaan kerja sama ada tiga bentuk kerja sama, yaitu:
@ Bargainng,
pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua
organisasi atau lebih.
@ Cooperation,
proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik
dalam suatu organisasi, sebagai salah satu carta untuk menghindari terjadinya
kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan.
@
Coalition, kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempynyai
tujuan yang sama.
b. Akomodasi
(accomodation)
Adapun bentuk-bentuk akomodasi, di antaranya:
Q Coertion, yaitu suatu bentuk
akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan.
Q Compromise, suatu bentuk
akomodasi, di mana pihak yang terlibat masing-masing mengurangi tuntutannya,
agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
Q Arbiration, suatu cara untuk
mencapai compromise apabila pihak yang berhadapan tidak sanggup untuk
mencapainya sendiri
Q Meditation, hampir
menyerupai arbiration diundang pihak ke tiga yang retial dalam
persoalan yang ada.
Q Conciliation, suatu usaha untuk
mempertemukan keinginan pihak yang berselisih, bagi tercapainya suatu tujuan
bersama.
Q Stelemate, merupakan suatu akomodasi
di mana pihak-pihak yang berkepentingan mempunyai yang seimbang, berhenti pada
titik tertentu dalam melakukan pertentangan.
Q
Adjudication¸ yaitu perselisihan atau perkara di pengadilan.
2)
Bentuk Interaksi Disosiatif
a.
Persaingan (competition)
Persaingan adalah bentuk interaksi yang dilakukan oleh
individu atau kelompok yang bersaing untuk mendapatkan keuntungan tertentu bagi
dirinya dengan cara menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada
tanpa mempergunakan kekerasan.
b.
Kontraversi (contaversion)
Kontraversi bentuk interaksi yang berbeda antara
persaingan dan pertentangan. Kontaversi ditandai oleh adanya ketidakpastian
terhadap diri seseorang, perasaan tidak suka yang disembunyikannya dan
kebencian terhadap kepribadian orang, akan tetapi gejala-gejala tersebut tidak
sampai menjadi pertentangan atau pertikaian.
c.
Pertentangan (conflict)
Pertentangan adalah suatu bentuk interaksi antar
individu atau kelompok sosial yang berusaha untuk mencapai tujuannya dengan
jalan menentang pihak lain disertai ancaman atau kekerasan. Pertentangan
memiliki bentuk khusus, antara lain: pertentangan pribadi, pertentangan
rasional, pertentangan kelas sosial, dan pertentanfan politik.
3.
Sosialisasi
Peter Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai suatu
proses di mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi
dalam masyarakat (Berger, 1978:116).
Salah satu teori peranan dikaitkan sosialisasi ialah
teori George Herbert Mead. Dalam teorinya yang diuraikan dalam
buku Mind, Self, and Society (1972). Mead menguraikan tahap-tahap
pengembangan secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain,
yaitu melalui beberapa tahap-tahap play stage, game sytage, dan
tahap generalized other.
Menurut Mead pada tahap
pertama, play stage, seorang anak kecil mulai belajar mengambil
peranan orang-orang yang berada di sekitarnya.
Pada tahap game
stage seorang anak tidak hanya telah mengetahui peranan yang harus
dijalankannya, tetapi telah pula mengetahui peranan yang harus dijalankan oleh
orang lain dengan siapa ia berinteraksi.
Pada tahap ketiga
sosialisasi, seseorang dianggap telah mampu mengambil peran-peran yang
dijalankan orang lain dalam masyarakat yaitu mampu mengambil
peran generalized others. Ia telah mampu berinteraksi denagn orang lain
dalam masyarakat karena telah memahami peranannya sendiri serta peranan
orang-orang lain dengan siapa ia berinteraksi.
Pihak-pihak yang
melaksanakan sosialisasi itu menurut Fuller and Jacobs (1973:168-208)
mengidentifikasikan agen sosialisasi utama: keluarga, kelompok bermain, media
massa, dan sistem pendidikan.
4. Bentuk dan Pola
Sosialisasi
a. Bentuk-bentuk
Sosialisasi
Sosialisasi merupakan
suatu proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Dalam kaitan inilah para
pakar berbicara mengenai bentuk-bentuk proses sosialisasi seperti sosialisasi
setelah masa kanak-kanak, pendidikan sepanjang hidup, atau pendidikan
berkesinambungan.
b. Pola-pola Sosialisasi
Pada dasarrnya kita
mengenal dua pola sosialisasi, yaitu pola represi yang menekankan
pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Dan pola
partisipatori yang merupakan pola yang didalamnya anak diberi imbalan
manakala berperilaku baik dan anak menjadi pusat sosialisasi.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Manusia adalah makhluk sosial,tanpa bantuan manusia
lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang
lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa
mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai
makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu:
a. Manusia tunduk pada
aturan, norma sosial.
b. Nilai sosial adalah,perilaku manusia
mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.
c. Manusia memiliki
kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d. Potensi manusia akan
berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
B.
Saran
Mari kita tananamkan nilai-nilai
sosial yang pada saat ini mulai luntur, meski beratnya dalam hal keuangan
bersifat ekonomi, tapi tidak mementingkan kepentingan diri sendiri, satu sama
lain harus punya kesadaran yang tumbuh dalam pola pikir masing-masing, kita
makhluk yajng
memiliki keterbatasan sehingga bantuan orang lain diperlukan disini. Tiada manusia yang sempurna jadi panutan dari Tuhan untuk
kita,para manusia. Saling melengkapi satu sama lain sesama manusia, membantu
sesama manusia.Semoga makalah ini dapat menyadarkan kita untuk semakin
menyadari dan memahami bahwa kita sebagai manusia sosial yang saling
berinteraksi satu sama lain.
Daftar Pustaka
DR. WA Gerungan,
Dipl. Psych. Psikologi Sosial. Penerbit: PT. Refika Aditama, Bandung. Cetakan
Pertama, Juli 2004. Hal. 27
Aabied. Hakikat
Manusia. http://aabied.wordpress.com/2010/10/14/hakikat-manusia/
Apa Definisinya. Manusia sebagai Makhluk Individu
dan Makhluk Sosial. http://apadefinisinya.blogspot.com/2009/01/manusia-sebagai-makhluk-individu-dan.html
Mubarok institute. Manusia sebagai Makhluk Sosial. http://mubarok-institute.blogspot.com/2010/01/manusia-sebagai-makhluk-sosial.html
Risa, Muhammad. Manusia sebagai Makhluk Sosial. http://muhammadrisa.blogspot.com/2010/10/manusia-sebagai-makhluk-sosial.html